Malu Bertanya, Kapan Jawabnya?
Malu
bertanya kapan jawabnya?
Ada yang tahu
peribahasa di atas? Kalau pernah lihat ILK pasti tahu siapa dalang dari semua
perplesetan paribahasa itu. Cak Lontong! Ya sih emang ngga salah, tapi ngawur. Haha
Pernah ngga sih
kalian bertanya-tanya tentang sesuatu. Mungkin bisa dibilang kepo. Maksudnya
sesuatu yang tiba-tiba muncul gitu aja tanpa dipikirin.
Gue rasa bakat gue
untuk selalu kepo itu timbul sejak gue kecil. Kalian pernah kepikiran ngga sih,
kenapa sih kalian ada di dunia ini? Ya, emang gue tahu itu kehendak Tuhan dan
Dia lah yang punya segala sesuatu dan menciptakan sesuatu. Tapi, pertanyaan selanjutnya
ini yang bikin gue selalu teringat untuk apa gue di dunia ini. Misalkan kita
tidak diciptakan sebagai manusia, akan jadi apakah kita? rumput mungkin, yang
tiap hari selalu diinjak. Atau binatang? Debu? Microba? Nah jiwa kepo gue itu
selalu berpikiran seperti itu.
Trus gue juga pernah
berfikir, sampai kapan sih gue hidup di dunia ini? Duh, lagi-lagi kalau ditanya
seperti itu kita pastinya tidak pernah tahu karena Tuhan lah yang mengatur
semuanya. Tapi ya karena jiwa kepo gue tinggi, lantas gue berpikir, gimana rasanya
mati? Tentu saja ngga enak. Iya ya, gue tahu. Tapi kalian pasti pernah kepo
kan? (apa jangan-jangan gue doang)
Di masa kecil gue,
gue selalu kepo, akan jadi kayak gimana kalo gue besar nanti? Gimana rasanya
jadi anak SMP, SMA? Nah, gue tumbuh tuh, udah besar, udah masuk SMP, SMA. Kepo
gue naik tingkat lah. Gimana ya rasanya kuliah? Akan kuliah di mana gue nantinya?
Dan seterusnya dan seterusnya. Dan yang paling mengganggu pikiran gue saat ini
adalah, gimana rasanya menjadi dewasa? Nantinya punya suami, punya anak, bahkan
punya cucu. Gimana rasanya menjadi tua, kulit udah keriput terus menanti
dicabut nyawa.
Mikirin hal-hal
kayak gini sebenernya ngga baik. Dari sisi agama, kita ngga bisa memprediksi
kita bakal mati kapan, misalnya, kita ngga bisa mendahului kehendak Tuhan.
Harusnya kita emang ngga boleh sekepo itu untuk tahu. Kalau dari sisi prikologi
menurut gue juga ngga bagus. Mungkin berfikir seperti itu meningkatkan berfikir
kritis atau semacamnya, tapi juga jadinya nakut-nakutin.
Yang gue dapat sih,
gue jadi lebih bersyukur karena gue telah diciptakan menjadi manusia dan hidup
di lingkungan yang baik. Gue merinding lho kalo ingat gimana rasanya menjadi
tua, gimana rasanya mati. Makannya kita harus menghabiskan waktu kita di dunia
ini yang hanya sementara dengan amal ibadah untuk bekal akhirat nanti.
Jadi, mungkin
tulisan ini agak ngga nyambung dengan judul di atas. Haha. Hidup ini hanya
sekali teman, jadi berbuat lah yang baik-baik sementara Tuhan belum
mengakhirinya.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar