Hello, I'm Aji Nur Hakim. Welcome to my blog.
I write what I thought, and share what I wrote.
Read and enjoy!

Malu Bertanya, Kapan Jawabnya?

Tidak ada komentar
Malu bertanya kapan jawabnya?

Ada yang tahu peribahasa di atas? Kalau pernah lihat ILK pasti tahu siapa dalang dari semua perplesetan paribahasa itu. Cak Lontong! Ya sih emang ngga salah,  tapi ngawur. Haha

Pernah ngga sih kalian bertanya-tanya tentang sesuatu. Mungkin bisa dibilang kepo. Maksudnya sesuatu yang tiba-tiba muncul gitu aja tanpa dipikirin.

Gue rasa bakat gue untuk selalu kepo itu timbul sejak gue kecil. Kalian pernah kepikiran ngga sih, kenapa sih kalian ada di dunia ini? Ya, emang gue tahu itu kehendak Tuhan dan Dia lah yang punya segala sesuatu dan menciptakan sesuatu. Tapi, pertanyaan selanjutnya ini yang bikin gue selalu teringat untuk apa gue di dunia ini. Misalkan kita tidak diciptakan sebagai manusia, akan jadi apakah kita? rumput mungkin, yang tiap hari selalu diinjak. Atau binatang? Debu? Microba? Nah jiwa kepo gue itu selalu berpikiran seperti itu.

Trus gue juga pernah berfikir, sampai kapan sih gue hidup di dunia ini? Duh, lagi-lagi kalau ditanya seperti itu kita pastinya tidak pernah tahu karena Tuhan lah yang mengatur semuanya. Tapi ya karena jiwa kepo gue tinggi, lantas gue berpikir, gimana rasanya mati? Tentu saja ngga enak. Iya ya, gue tahu. Tapi kalian pasti pernah kepo kan? (apa jangan-jangan gue doang)

Di masa kecil gue, gue selalu kepo, akan jadi kayak gimana kalo gue besar nanti? Gimana rasanya jadi anak SMP, SMA? Nah, gue tumbuh tuh, udah besar, udah masuk SMP, SMA. Kepo gue naik tingkat lah. Gimana ya rasanya kuliah? Akan kuliah di mana gue nantinya? Dan seterusnya dan seterusnya. Dan yang paling mengganggu pikiran gue saat ini adalah, gimana rasanya menjadi dewasa? Nantinya punya suami, punya anak, bahkan punya cucu. Gimana rasanya menjadi tua, kulit udah keriput terus menanti dicabut nyawa.

Mikirin hal-hal kayak gini sebenernya ngga baik. Dari sisi agama, kita ngga bisa memprediksi kita bakal mati kapan, misalnya, kita ngga bisa mendahului kehendak Tuhan. Harusnya kita emang ngga boleh sekepo itu untuk tahu. Kalau dari sisi prikologi menurut gue juga ngga bagus. Mungkin berfikir seperti itu meningkatkan berfikir kritis atau semacamnya, tapi juga jadinya nakut-nakutin.

Yang gue dapat sih, gue jadi lebih bersyukur karena gue telah diciptakan menjadi manusia dan hidup di lingkungan yang baik. Gue merinding lho kalo ingat gimana rasanya menjadi tua, gimana rasanya mati. Makannya kita harus menghabiskan waktu kita di dunia ini yang hanya sementara dengan amal ibadah untuk bekal akhirat nanti.


Jadi, mungkin tulisan ini agak ngga nyambung dengan judul di atas. Haha. Hidup ini hanya sekali teman, jadi berbuat lah yang baik-baik sementara Tuhan belum mengakhirinya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar